Senin, 13 Agustus 2012

CINTA YANG TERTUNDA


Kicauan burung nan merdu bersama semilir angin tak mampu menggoyahkan hati wanita yang sedari tadi merenung menatap alam yang memancarkan keindahannya. Tak ada lagi untaian senyum di bibir mungilnya, semuanya hilang dengan sekejap. Kini ia sangat merasa bersalah, ia tau penyesalan memang selalu datang terlambat. Andai itu tak terjadi mungkin kini ia tengah asyik mengukir senyuman.
Rasa sesal itu semakin kuat saat ia mengingat kejadian yang telah membuatnya menderita. Saat rasa itu menyerang, ia hanya bisa mengurung tubuhnya dalam ruang pribadinya. Meratapi semua kejadian karena ulahnya, ia ingat semua peristiwa pilu dalam hidupnya bersama seseorang. Kini ia sudah tak memiliki semangat hidup lagi, hari-harinya ia lewati dengan mengurung diri dan merenung. Tak pernah ia mencoba keluar dari bangunan megah yang selama bertahun-tahun ia tempati semenjak kejadian 1 bulan yang lalu yang telah merenggut semangat hidupnya. Ingin ia memutar waktu dan memperbaiki semua kesalahannya.
Namun itu semua hanya angan yang tak akan pernah terwujud, semangat hidup yang telah hilang sungguh menyiksa batinnya. Rasa bersalah yang mendalam membuatnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya, namun semua itu selalu gagal untuk ia wujudkan karena rasa takut pada dirinya yang mampu mengalahkan rasa bersalahnya.
Hidupnya berbalik 180 derajat hanya dalam waktu 1 bulan. Ia yang dulu seorang gadis yang kasar dan pemberani kini menjadi seorang wanita yang lemah dan tak berdaya setalah kejadian yang menimpa dirinya itu.semua kejadian itu sangat mengubah hidupnya.


FLASHBACK

Pagi itu seorang gadis tengah bersiap-siap untuk berlibur dengan teman-teman kuliahnya. Ia berencana akan mengadakan penjelajahan di sebuah hutan. Setelah selesai berbenah ia segera turun dari kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya dan segera meminta izin pada ibunya. “ma, aku pergi dulu ya” ucapnya di selingi dengan senyum manis. “mau kemana?” tanya mamanya. “Fany mau jalan-jalan sama temen-temen Fany” jawabnya antusias. “jalan-jalan kemana? Ke mall?”. Fany mengerutkan dahinya. “sejak kapan Fany ke mall? Mama ada-ada aja, Fany itu mau jalan-jalan ke hutan” mamanya melotot tak percaya, namun berbeda dengan Fany yang menapat mamanya dengan tatapan santai dan mengukir senyum sembari melahap sarapannya. “
“pagi tante” sapa seseorang yang mengejutkan Fany dan mamanya. “eh Eza udah datang” ucap mamanya. “ma, ini siapa?” ucap Fany yang masih asyik dengan sarapannya. “kenalin ini Eza, anak temen mama”. “Fany” jawabnya cuek. “Fani, nanti kamu perginya sama Eza ya” ucap mamanya dengan senyum mengembang sedangkan Fany membolakan matanya “nggak salah mama nyuruh aku berangkat sama dia, si cowok culun ini”. memang dari segi penampilan Eza terlihat cupu dengan celana panjang dan kemeja kotak-kotak yang di kancingin sampai atas dan di masukin ke celana. “eh kamu jangan nilai dia dari penampilan dong, gini-gini dia rajin nggak kayak kamu yang malesnya minta ampun”. “tapi ma, masak iya Fany ke hutan bawa bawa-bawa dia, yang ada Fany jadi babysitter-nya dong” bantah Fany. “nggak ada tapi-tapian, kalau kamu nggak mau mama nggak akan ngizinin kamu buat pergi”. “ah terserah mama ajalah, ayo”. Fany menarik tangan Eza dan mengajaknya keluar dengan setengah hati, daripada ia tak di perbolehkan pergi oleh mamanya, lebih baik ia menerima permintaan mamanya. Berbanding terbalik dengan Fany, mamanya sangat senang karena anaknya kini sudah mulai bisa menuruti kemauannya walaupun harus ada sedikit gertakan.
Kini hari-hari Fany selalu ditemani oleh Eza, itupun atas rekomendasi mamanya dengan sedikit gertakan. Ia tak mampu menolak keinginan mamanya itu. Eza pun kini mulai mencintai Fany, namun tidak dengan Fany, ia merasa terbebani oleh keberadaan Eza. Sifat Eza yang bertolak belakang dengannya membuatnya merasa tidak nyaman.
Suatu hari tanpa ia duga, Eza menyatakan perasaannya padanya. Namun pernyataan itu di tolak mentah-mentah oleh Fany dan Fany pun mengatakan hal yang mencengangkan. “lo suka sama gue? Gue nggak salah denger?” Eza menggelengkan kepalanya. “eh gaya lo kayak gini mau jadi pacar gue, eh denger ya sampai kapanpun gue nggak akan pernah mau nerima lo” sentak Fany. “lo itu Cuma buat hidup gue menderita tau nggak. Apa sih yang lo lakuin buat gue? Nggak ada kan. Malahan gue yang selalu ngelakuin sesuatu buat lo, ngajak lo jalan, nemenin lo makan” cerocos Fany. “Fan, gue janji bakalan selal ada buat lo, gue akan ngelakuin apa aja asal lo seneng”. “apa buktinya? Gue selalu aja ngerasa susah kalau ada lo. udah gue mau pergi, cepetan masuk anterin gue pulang” Eza segera masuk dalam mobilnya dan mengantarkan Fany pulang.
Saat di perjalan, Eza selalu sama memohon pada Fany agar bisa menerimanya. “ayolah Fan, terima gue, gue janji bakal bahagiain lo”. “kalau gue bilang nggak ya nggak” tolak Fany dengan nada membentak. “ayolah please!!!” mohon Eza dan tanpa sengaja Eza melepaskan kemudinya dan tidak memperhatikan jalanan yang ia lalui. “Eza awas!!!” pekik Fany. Dan
Brukkssss….
Mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Mobil yang mereka menabrak sebuah truk. Dan keadaan mereka berdua pun sangat parah. Berhari-hari Fany tak kunjung membuka matanya. Ia terbaring lemas di ruang ICU. Namun setelah 2 minggu sejak kecelakaan yang ia alami, akhirnya ia tersadar dari tidur panjangnya. setelah ia sadar dan sudah mulai membaik, ia diperbolehkan pulang. Setelah sampai di rumah, ia menanyakan tentang bagaimana keadaan Eza. namun mamanya hanya bisa diam dan menyerahkan sebuah rekaman.

"saat lo dengerin suara ini, mungkin alam kita udah beda. walaupun gue nggak bisa nemenin lo, tapi gue cukup bahagia karena jantung gue ada dalam tubuh lo. lo jagain jantung gue baik-baik ya. itu bukti pengorbanan gue buat lo"

setelelah suara tadi melemah, terdengar bunyi alat pendekteksi jantung yang mungkin jikaterdengar menandakan kalau orang yang memakai alat itu tidak bisa terselamatkan lagi.

FASHBACK OFF

wanita yang termenung di dalam ruangan pribadinya kini tengah mengingat-ingat kejadian yang merenggut nyawa (calon) kekasihnya itu. andai saja ia menerima pernyataan Eza, mungkin kini ia akan jauh lebih bahagia bersama Eza. Dan karena tak kuat menahan rasa besalahnya, ia pun melawan rasa takutnya dan melaksanakan keinginannya. Ia ditemukan sudah tidak bernyawa dengan tusukan yang tepat mengenai jantungnya, yang lebih tepatnya jantung Eza yang telah di berikan untuknya


THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar