Terlihat seorang gadis yang tengah menatap lurus ke depan,
tatapannya mempunyai arti tersendiri. Tatapan itu tertuju pada seseorang
yang telah membuat hari-harinya berwarna. Meskipun warna itu tak selalu
cerah namun ia masih menunggu agar kecerahan itu muncul setiap hari di
kehidupannya. Ia tak pernah lelah menanti meskipun penantian itu belum
tentu membuahkan hasil.
Beberapa saat kemudian sapaan
seseorang berhasil menghilangkan fokusnya. “hai Bil” sapanya. “eh
hai”.”masih betah aja lo merhatiin dia”.” Come on Bila, move on. Mau
sampai kapan lo ngarepin dia”. Nabila tak mendengarkan celotehan
temannya itu, pandangannya menyebar ke seluruh sudut kawasan sekolahnya
untuk mencari seseorang yang ia perhatikan dari tadi, namun nihil orang
itu sudah menghilag dari pandangan Nabila. “ah elo Len. Lo itu merusak
pemandangan gue deh, sekarang hilang kan tuh pemandangan” oceh Nabila.
“Nabila, bukan salah gue juga kali, lo aja tuh yang kurang kerjaan
mandangin orang yang belum tentu mandang lo juga” sanggah temannya.
“Alena, gue yakin kalau dia itu juga mandang gue, lo lihat kan sikapnya
ke gue”. “hello… sikap aja nggak cukup buat di jadiin bukti, harus ada
perlakuan juga dong”. Nabila diam sejenak, ia meresapi kata-kata yang di
ucapkan temannya itu. “memang benar selama ini perlakuan dia ke gue
biasa-biasa aja, masih umum. Tapi apa salahnya menunggu” batin Nabila.
“udah deh Len ngak usah ceramahin gue, masih mending gue punya pujaan
hati, daripada elo nggak pernah ngerasain jatuh cinta” sindir Nabila.
“eh, walaupun gue nggak pernah jatuh cinta, tapi gue tau lagi mana yang
cinta dan mana yang cuma basa-basi doing” sangkal Alena. “udah, ayo
masuk kelas” ajakNabila. Alena mengikuti Nabila dari belakang dan menuju
ke kelas mereka.
Di dalam kelas Nabila tak konsen dengan
mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Ia hanya fokus pada
seseorang di depannya. Bukan gurunya melainkan orang yang telah membuat
dirinya berada di depan gerbang kehancuran. Beruntung sang guru tak
memperhatikan tingkah Nabila, jadi ia selamat dari hukuman sang guru.
Kini mata pelajaran yang Nabila ikuti telah selesai dan jam pun sudah
menunjukkan waktu bagi Nabila dan teman-temannya untuk pulang. “Len,
hari ini lo ke rumah gue ya. Temenin gue. Gue di rumah sendirian”. Alena
mengetuk-ngetuk dagunya tertanda sedang memikirkan sesuatu. “aduh
gimana nih, gue kan ada janji. Masak iya harus gue batalin” batin Alena.
“Len, ayo temenin gue” rengek Nabila. “emang bokap nyokap lo kemana?”
tanya Alena. “bokap sama nyokap gue lagi di luar kota. Lo nemenin gue
cuma sampai bokap nyokap gue pulang. Palingan pulangnya nanti malam”.
“ya udah deh gue mau” terima Alena.
Dalam perjalanan ke rumah Nabila, Alena sibuk memainkan BB-nya. Ia terlihat sedang BBM-an dengan seseorang.
“eh sorry, sore ini gue nggak bisa datang” Alena
“emang kenapa?”
“gue nemenin Nabila di rumahnya. Soalnya kasian dia sendirian” Alena
“kenapa harus lo sih yang nemenin?”
“kan gue sahabatnya” Alena
“ih, nyusahin banget sih tuh anak. Jadi batal kan pertemuan kita”
“udah jangan salahin dia, aku kan mau sendiri” Alena
“terus gimana dong sama pertemuan kita?”
“gimana kalo kita tunda nanti malem aja” Alena
“ok! Gue setuju. Nanti malem gue jemput lo setengah 8”
“ok!”Alena
“BBM-an
sama siapa sih Len, kayaknya serius banget” tanya Nabila. “hah apa? Oh
ini? gue BBM-an sama sepupu gue, katanya dia mau datang ke rumah gue”
jawab Alena gragapan. “oh, udah sampai di rumah gue nih. Ayo masuk”
Nabila membuka pintu mobilnya dan melangkah menuju rumahnya yang di
ikuti oleh Alena. “Len, ke kamar gue aja ya, lebih enak kalo mau cerita”
Alena hanya mengangguk saja dan segera menuju ke kamar Nabila.
“eh
Len, menurut lo Dicky suka nggak sih sama gue” tanya Nabila. “menurut
gue ni ya, dicky Cuma nganggep lo temen doang” jawab Alena pelan-pelan
karena tak mau menyinggung perasaan sahabatnya ini. “tapi kenapa sikap
dia ke gue kayak gitu?” . Alena mengangkat bahu. “mungkin dia cuma mau
bales perhatian lo aja. Selama ini kan lo perhatian banget sama dia”.
“bener juga sih Len kata lo. tapi gue nggak bisa move on Len” ucap
Nabila. “yang sabar aja ya Bil, mungkin suatu saat Dicky bisa suka sama
lo” ucap Alena menyemangati sahabatnya yang tengah terluhat murung itu.
“Len, lo mau kan bantu gue buat dapetin dia? Lo kan akhir-akhir ini
deket tuh sama dia”. Alena hanya menganggukan kepala tanda iya
menyetujui permintaan sahabatnya itu. Saat sedang asyik berbincang
dengan Alena, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Nabila.
“mama”
pekik Nabila saat mengetahui kalau mamanya sudah pulang. “mama udah
pulang, kirain sampai malam”. “ia tadi mama sama papa pulang duluan,
soalnya kasihan kamu kan sendirian di rumah” ucap mamanya. “aku nggak
sendiri kok ma, aku di temenin sama Alena” Nabila mengarahkan
telunjuknya ke arah Alena. “makasih ya Lena udah mau nemenin anak tante
yang super duper manja ini. “iya tante sama-sama”.”Bil gue pulang dulu
ya, kan mama lo udah pulang”. “cepet banget sih Bil pualngnya. nggak
makan dulu, Ini tante mau masak” ucap mama Nabila. “nggak usah tante,
nanti papa kelamaan nunggu akunya, soalnya mau ada acara sama papa”
sanggah Alena. “oh ya udah kalau begitu. Eh iya ini tante punya
oleh-oleh buat kamu” ucap mama Nabila seraya menyodorkan sebuah
bungkusan untuk Alena. “eh tante kok repot-repot sih, tapi makasih ya
oleh-olehnya”. “nggak repot kok, anggap aja ini bentuk terima kasih
tante buat kamu yang udah nemenin Nabila selama tante sama om pergi”.
“ya udah, aku pulang dulu ya tante”. “biar Nabila yang nganter” suruh
mama Nabila. “nggak usah tante, nanti malah ngrepotin lagi” tolak Alena.
“udah lah Len, ayo” sahut Nabila sembari menarik tangan Alena menuju
mobilnya. Alena hanya menurut saja.
Mereka pun sampai di
rumah Alena. “makasih ya Bil udah nganterin aku” ucap Alena. “iya
sama-sama”. “nggak mau masuk dulu?” tawar Alena. “nggak usah deh Len,
nanti mama kelamaan lagi nunggu gue” tolak Nabila. “ya udah deh.
Hati-hati di jalan ya Bil”. “iya. Sampai ketemu besok “. Nabila
melajukan mobilnya. Setelah mobil Nabila menghilang dar tatapan Alena,
ia langsung masuk ke dalam rumahnya.
“Assalammu’alaikum
pa, Lena pulang”. “Wa’alaikummussalam, udah pulang? Kirain papa kamu mau
nginep di rumah Nabila” ucap papa Alena. “enggak lah pa, tadi mamanya
Bila udah pulang, jadi Lena juga pamit buat pulang ke rumah. Lena kan
mau nemenin papa di rumah dan juga Lena ada janji sama temen Lena” jawab
Alena disertai senyuman yang mengembang. “ya udah pa, Lena ke kamar
dulu ya”.
“udah jam setengah 7 nih, berarti 1 jam lagi.
Gue siap-siap ah, mandi dulu” gumam Alena. Setelah ia selesai mandi, ia
segera memilih baju yang cocok untuk ia gunakan. Ia memutuskan untuk
memakai sebuah dress warna ungu sedikit di atas lutut dengan pita yang
menghiasi salah satu bagian pinggangnya. Di padu dengan high heels
dengan warna senada. “sekarang udah siap. Tinggal nunggu jemputan”
ucapnya. Terdengar suara klakson mobil di depan rumahnya. “itu pasti
dia” Alena langsung keluar dar kamarnya. “pa, Lena pergi dulu ya” pamit
Alena pada ayahnya. “hati-hati ya, jangan pulang larut malam” tutur
papanya. “iya pa” jawab Alena.
Alena dan seorang temannya
sampai di sebuah restoran. Mereka menuju ke sebuah meja yang masih
kosong dan segera memesan makanan. “mau pesen apa Len” tanya temannya.
“gue chicken steak aja lah sama minumnya cappuccino float”. “ya udah,
mbak chicken steak sama cappuccino float-nya 2”. “tunggu sebentar ya”
ucap sang pelayan.
“eh ngomong-ngomong lo ngapain ngajak
gue ketemuan?” ucap Alena membuka perbincangan. “gue mau ngomong sama
lo”. alena menyerkitkan dahi tanda tak mengerti apa maksud temannya itu.
“ngomong apaan?”. “pokoknya sesuatu yang penting banget buat gue” jawab
temannya. Sebelum Alena melanjutkan pembicaraannya, seorang pelayan
menghampiri mereka serta membawa pesanan mereka. “permisi, ini pesanan
anda” ucap sang pelayan. “makasih mbak” balas mereka serempak. “sebelum
kita lanjutin pembicaraan, lebih baik makan dulu pesanan kita” sambar
teman Alena. Mereka pun menikmati makanan yang mereka pesan.
Kini
mereka telah selesai makan dan Alena segera melanjutkan perbincangannya
yang sempat terputus. “mau ngomong apa sih?” tanya Alena. Tiba-tiba
temannya meraih tangan Alena dan mengenggamnya. “Len, gue mau ngomong
kalau gue sebenernya suka sama lo” Alena mebolakan matanya, betapa
senangnya ia saat mengetahui orang yang ia sukai juga mempunyai perasaan
yang sama padanya. “gue nggak salah denger Dick”. Dicky menggeleng dan
melanjutkan perkataannya. “gue jujur Len. Lo mau nggak jadi pacar gue?”.
Alena semakin tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia sangat senang
mendengar kata itu, namun di sisi lain ia juga tak mugkin menghianati
sahabatnya. “maaf Dick, gue ngga bisa terima lo” jawab Alena. “kenapa
Len? Apa lo nggak suka sama gue?” tanya Dicky. “bukan Dick, tapi gue
nggak mau hianatin sahabat gue sendiri, gue udah janji bakal deketin lo
sama dia, nggak mungkin gue pacaran sama lo” tutur Alena. “tapi yang gue
suka itu elo bukan Nabila sahabat lo” sentak Dicky. “tapi Dick, cinta
itu bisa datang kapan aja dan tak terduga datangnya, siapa tau kalau lo
deket sama Nabila lo bisa cinta sama dia” jelas Alena. “terus mau lo
apa?” tanya Dicky. “gue mau lo deketin Nabila” jawab Alena. “lo gila.
Kalau gue deketin Nabila, itu sama aja gue nyiksa dia dan diri gue
sendiri” bantah Dicky. “gue mohon Dick, demi gue” Alena mengenggam
tangan Dicky dengan erat sembari menunjukkan raut wajah memohon. “nggak
gue nggak bakalan nurutin kemauan lo” Dicky pergi meninggalkan Alena.
Alena
berlari dan memeluk Dicky dari belakang dan berkata “Dicky, aku cinta
sama kamu” di selingi dengan isakan. Dicky membalikan badannya dan
menyentuh pundak alena. “kalau kamu cinta sama aku, kenapa kamu suruh
aku deketin Nabila” tanya Dicky. “aku udah terlanjur janji Dick sama
dia” jawab Alena. “kalau memang itu maumua aku akan lakukan. Tapi jangan
salahkan aku kalau aku membuatnya terluka” tutur Dicky. “makasih Dick,
aku yakin kamu pasti bahagia sama Nabila” Alena tersenyum paksa. Kini
mereka saling berpelukan, tak mereka hiraukan perhatian semua pengunjung
restoran yang tertuju pada mereka berdua. “kalau gitu, sekarang aku
antar kamu pulang” ucap Dicky. Alena hanya mengangguk dan Dicky
menggandeng tangan Alena menuju ke tempat parkiran.
Kini
Nabila sedang asyik berbincang-bincang di kelasnya. Tiba-tiba saja Dicky
datang menghampiri mereka berdua. “eh, Bil ke kantin bareng yuk” Nabila
hanya cengo mendengar perkataan Dicky. “Bil, lo di ajak ke kantin tuh
sama Dicky, tunggu apalagi cepetan pergi” sahut Alena. “eh iya ayo”
jawab Nabila. Kini senyum mengembang pada bibir Nabila dan juga Dicky.
Dicky memang mengajak Nabila. Namun merhatiannya masih tertuju pada
Alena yang tengah memandang ia dan juga Nabila dengan senyum kecut.
“kamu yang minta ini semua. Jadi jangan salahkan aku kalau kamu terluka”
ucap Dicky dalam hati.
“Bil, gue suka sama lo. lo mau kan
jadi pacar gue” ucap Dicky tiba-tiba dan sukses membuat Nabila tersedak
saat meminum minumannya. “gue nggak salah denger Dick?”. “enggak” jawab
Dicky tegas. “cepet banget si Dicky nembak gue, perasaan baru kemarin
gue suruh Alena buat deketin gue sama Dicky” batin Nabila. “gimana? Lo
mau nggak” tanya Dicky. “iya Dick gue mau” jawab Nabila. “ya udah, gue
pergi dulu. Ada urusan mendadak” ucap Dicky.
“Alena” pekik
Nabila. “kenapa sih Bil?” tanya Alena. “gue udah jadian sama Dicky”
jawab Nabila antusias. “wah, selamat ya Bil, longlast ya” ucap Alena
disertai senyum terpaksa. Tiba-tiba handphone Alena bergetar, ada satu
pesan masuk.
“aku udah jadian sama Nabila. Ini kan mau kamu, jadi jangan sampai kamu nyesel”. kira-kira itulah isi dari pesan yang di terima oleh Alena.
“makasih ya kamu udah ngabulin permintaan aku. Aku nggak bakalan nyesel kok” dan itu isi balasan dari Alena.
Kini
Nabila dan Dicky sudah resmin pacaran. Namun Dicky masuh belum
melupakan Alena dan masih sangat perhatian terhadap Alena. Melebihi
perhatiannya pada kekasihnya Nabila. Itu terbukti saat kaki Alena
terkilir akhibat jatuh saat ia sedang olahraga. “Len, kamu ngga pa-pa”
tanya Dicky. “aku nggak pa-pa kok Dick” jawab Alena. Tanpa pikir panjang
Dicky menggendong Alena dan membawanya ke UKS. Kejadian itu sangat
membuat Nabila cemburu. Namun ia merasa tak pantas jika cemburu dengan
sahabatnya yang telah berjasa atas bersatunya dia dan Dicky. “mereka
berdua memanggil dengan sebutan aku-kamu?” heran Nabila. “udah lah,
mereka kan emang deket jadi ngapain cemburu” batin Nabila.
Alena
memutuskan untuk melanjutkan study-nya ke luar negeri. Kini Nabila dan
Dicky makin mesra. Dicky kini mulai mencintai Nabila, namun perasaannya
terhadap Alena masih tetap ada. Kini Dicky sadar, memang benar apa yang
di katakan Alena. “cinta itu bisa datang kapan aja dan tak tau kapan
datangnya”. Saat ini Dicky dan Nabila tengah berada di sebuah taman.
“Bil, aku mau ngomong sama kamu”. “ngomong aja”. “sebenernya dulu aku
nembak kamu itu terpaksa, itu semua permintaan dari Alena. Sehari
sebelum aku nembak kamu, aku udah nembak Alena terlebih dulu, tapi dia
nolak aku dengan alasan nggak mau hianatin kamu” tutur Dicky. “jadi
selama ini kecurigaan aku bener dong kalau kamu suka sama Alena” tanya
Nabila. “iya, tapi kami sepakat untuk mengubur perasaan kami dan Alena
menguburnya dengan cara dia melanjutkan study-nya ke luar negeri. Tapi
berbeda denganku, aku menguburnya dengan cara mencintai kamu” ucap
Dicky. “jadi selama ini Alena ngorbanin perasaanya buat aku?” ucap
Nabila. “iya” jawab Dicky. “tapi sekarang aku beneran cinta sama kamu,
melebihi cintaku pada Alena. Itu semua karena perhatianmu padaku. Jadi
aku mohon jangan tinggalin aku” ucap Dicky. “apakah perkataanmu itu
jujur?”. “tentu saja” ucap Dicky pasti. “buktikanlah” jawab Nabila.
Dicky langsung saja mengecup mesra Nabila dan Nabila pun menikmati
kecupan dari Dicky. Setelah beberapa lama mereka mengakhirinya. “itu
bukti ketulusanku padamu” ucap Dicky. “aku percaya” Nabila memeluk Dicky
dengan erat dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.
THE END