Senin, 13 Agustus 2012

AKHIR PENANTIAN


Terlihat seorang gadis yang tengah menatap lurus ke depan, tatapannya mempunyai arti tersendiri. Tatapan itu tertuju pada seseorang yang telah membuat hari-harinya berwarna. Meskipun warna itu tak selalu cerah namun ia masih menunggu agar kecerahan itu muncul setiap hari di kehidupannya. Ia tak pernah lelah menanti meskipun penantian itu belum tentu membuahkan hasil.

Beberapa saat kemudian sapaan seseorang berhasil menghilangkan fokusnya. “hai Bil” sapanya. “eh hai”.”masih betah aja lo merhatiin dia”.” Come on Bila, move on. Mau sampai kapan lo ngarepin dia”. Nabila tak mendengarkan celotehan temannya itu, pandangannya menyebar ke seluruh sudut kawasan sekolahnya untuk mencari seseorang yang ia perhatikan dari tadi, namun nihil orang itu sudah menghilag dari pandangan Nabila. “ah elo Len. Lo itu merusak pemandangan gue deh, sekarang hilang kan tuh pemandangan” oceh Nabila. “Nabila, bukan salah gue juga kali, lo aja tuh yang kurang kerjaan mandangin orang yang belum tentu mandang lo juga” sanggah temannya. “Alena, gue yakin kalau dia itu juga mandang gue, lo lihat kan sikapnya ke gue”. “hello… sikap aja nggak cukup buat di jadiin bukti, harus ada perlakuan juga dong”. Nabila diam sejenak, ia meresapi kata-kata yang di ucapkan temannya itu. “memang benar selama ini perlakuan dia ke gue biasa-biasa aja, masih umum. Tapi apa salahnya menunggu” batin Nabila. “udah deh Len ngak usah ceramahin gue, masih mending gue punya pujaan hati, daripada elo nggak pernah ngerasain jatuh cinta” sindir Nabila. “eh, walaupun gue nggak pernah jatuh cinta, tapi gue tau lagi mana yang cinta dan mana yang cuma basa-basi doing” sangkal Alena. “udah, ayo masuk kelas” ajakNabila. Alena mengikuti Nabila dari belakang dan menuju ke kelas mereka.

Di dalam kelas Nabila tak konsen dengan mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Ia hanya fokus pada seseorang di depannya. Bukan gurunya melainkan orang yang telah membuat dirinya berada  di depan gerbang kehancuran. Beruntung sang guru tak memperhatikan tingkah Nabila, jadi ia selamat dari hukuman sang guru. Kini mata pelajaran yang Nabila ikuti telah selesai dan jam pun sudah menunjukkan waktu bagi Nabila dan teman-temannya untuk pulang. “Len, hari ini lo ke rumah gue ya. Temenin gue. Gue di rumah sendirian”. Alena mengetuk-ngetuk dagunya tertanda sedang memikirkan sesuatu. “aduh gimana nih, gue kan ada janji. Masak iya harus gue batalin” batin Alena. “Len, ayo temenin gue” rengek Nabila. “emang bokap nyokap lo kemana?” tanya Alena. “bokap sama nyokap gue lagi di luar kota. Lo nemenin gue cuma sampai bokap nyokap gue pulang. Palingan pulangnya nanti malam”. “ya udah deh gue mau” terima Alena.

Dalam perjalanan ke rumah Nabila, Alena sibuk memainkan BB-nya. Ia terlihat sedang BBM-an dengan seseorang.

“eh sorry, sore ini gue nggak bisa datang” Alena
“emang kenapa?”
“gue nemenin Nabila di rumahnya. Soalnya kasian dia sendirian” Alena
“kenapa harus lo sih yang nemenin?”
“kan gue sahabatnya” Alena
“ih, nyusahin banget sih tuh anak. Jadi batal kan pertemuan kita”
“udah jangan salahin dia, aku kan mau sendiri” Alena
“terus gimana dong sama pertemuan kita?”
“gimana kalo kita tunda nanti malem aja” Alena
“ok! Gue setuju. Nanti malem gue jemput lo setengah 8”
“ok!”Alena

“BBM-an sama siapa sih Len, kayaknya serius banget” tanya Nabila. “hah apa? Oh ini? gue BBM-an sama sepupu gue, katanya dia mau datang ke rumah gue” jawab Alena gragapan. “oh, udah sampai di rumah gue nih. Ayo masuk” Nabila membuka pintu mobilnya dan melangkah menuju rumahnya yang di ikuti oleh Alena. “Len, ke kamar gue aja ya, lebih enak kalo mau cerita” Alena hanya mengangguk saja dan segera menuju ke kamar Nabila.

“eh Len, menurut lo Dicky suka nggak sih sama gue” tanya Nabila. “menurut gue ni ya, dicky Cuma nganggep lo temen doang” jawab Alena pelan-pelan karena tak mau menyinggung perasaan sahabatnya ini. “tapi kenapa sikap dia ke gue kayak gitu?” . Alena mengangkat bahu. “mungkin dia cuma mau bales perhatian lo aja. Selama ini kan lo perhatian banget sama dia”. “bener juga sih Len kata lo. tapi gue nggak bisa move on Len” ucap Nabila. “yang sabar aja ya Bil, mungkin suatu saat Dicky bisa suka sama lo” ucap Alena menyemangati sahabatnya yang tengah terluhat murung itu. “Len, lo mau kan bantu gue buat dapetin dia? Lo kan akhir-akhir ini deket tuh sama dia”. Alena hanya menganggukan kepala tanda iya menyetujui permintaan sahabatnya itu. Saat sedang asyik berbincang dengan Alena, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Nabila.

“mama” pekik Nabila saat mengetahui kalau mamanya sudah pulang. “mama udah pulang, kirain sampai malam”. “ia tadi mama sama papa pulang duluan, soalnya kasihan kamu kan sendirian di rumah” ucap mamanya. “aku nggak sendiri kok ma, aku di temenin sama Alena” Nabila mengarahkan telunjuknya ke arah Alena. “makasih ya Lena udah mau nemenin anak tante yang super duper manja ini. “iya tante sama-sama”.”Bil gue pulang dulu ya, kan mama lo udah pulang”. “cepet banget sih Bil pualngnya. nggak makan dulu, Ini tante mau masak” ucap mama Nabila. “nggak usah tante, nanti papa kelamaan nunggu akunya, soalnya mau ada acara sama papa” sanggah Alena. “oh ya udah kalau begitu. Eh iya ini tante punya oleh-oleh buat kamu” ucap mama Nabila seraya menyodorkan sebuah bungkusan untuk Alena. “eh tante kok repot-repot sih, tapi makasih ya oleh-olehnya”. “nggak repot kok, anggap aja ini bentuk terima kasih tante buat kamu yang udah nemenin Nabila selama tante sama om pergi”. “ya udah, aku pulang dulu ya tante”. “biar Nabila yang nganter” suruh mama Nabila. “nggak usah tante, nanti malah ngrepotin lagi” tolak Alena. “udah lah Len, ayo” sahut Nabila sembari menarik tangan Alena menuju mobilnya. Alena hanya menurut saja.

Mereka pun sampai di rumah Alena. “makasih ya Bil udah nganterin aku” ucap Alena. “iya sama-sama”. “nggak mau masuk dulu?” tawar Alena. “nggak usah deh Len, nanti mama kelamaan lagi nunggu gue” tolak Nabila. “ya udah deh. Hati-hati di jalan ya Bil”. “iya. Sampai ketemu besok “. Nabila melajukan mobilnya. Setelah mobil Nabila menghilang dar tatapan Alena, ia langsung masuk ke dalam rumahnya.

“Assalammu’alaikum pa, Lena pulang”. “Wa’alaikummussalam, udah pulang? Kirain papa kamu mau nginep di rumah Nabila” ucap papa Alena. “enggak lah pa, tadi mamanya Bila udah pulang, jadi Lena juga pamit buat pulang ke rumah. Lena kan mau nemenin papa di rumah dan juga Lena ada janji sama temen Lena” jawab Alena disertai senyuman yang mengembang. “ya udah pa, Lena ke kamar dulu ya”.

“udah jam setengah 7 nih, berarti 1 jam lagi. Gue siap-siap ah, mandi dulu” gumam Alena. Setelah ia selesai mandi, ia segera memilih baju yang cocok untuk ia gunakan. Ia memutuskan untuk memakai sebuah dress warna ungu sedikit di atas lutut dengan pita yang menghiasi salah satu bagian pinggangnya. Di padu dengan high heels dengan warna senada. “sekarang udah siap. Tinggal nunggu jemputan” ucapnya. Terdengar suara klakson mobil di depan rumahnya. “itu pasti dia” Alena langsung keluar dar kamarnya. “pa, Lena pergi dulu ya” pamit Alena pada ayahnya. “hati-hati ya, jangan pulang larut malam” tutur papanya. “iya pa” jawab Alena.

Alena dan seorang temannya sampai di sebuah restoran. Mereka menuju ke sebuah meja yang masih kosong dan segera memesan makanan. “mau pesen apa Len” tanya temannya. “gue chicken steak aja lah sama minumnya cappuccino float”. “ya udah, mbak chicken steak sama cappuccino float-nya 2”. “tunggu sebentar ya” ucap sang pelayan.

“eh ngomong-ngomong lo ngapain ngajak gue ketemuan?” ucap Alena membuka perbincangan. “gue mau ngomong sama lo”. alena menyerkitkan dahi tanda tak mengerti apa maksud temannya itu. “ngomong apaan?”. “pokoknya sesuatu yang penting banget buat gue” jawab temannya. Sebelum Alena melanjutkan pembicaraannya, seorang pelayan menghampiri mereka serta membawa pesanan mereka. “permisi, ini pesanan anda” ucap sang pelayan. “makasih mbak” balas mereka serempak. “sebelum kita lanjutin pembicaraan, lebih baik makan dulu pesanan kita” sambar teman Alena. Mereka pun menikmati makanan yang mereka pesan.

Kini mereka telah selesai makan dan Alena segera melanjutkan perbincangannya yang sempat terputus. “mau ngomong apa sih?” tanya Alena. Tiba-tiba temannya meraih tangan Alena dan mengenggamnya. “Len, gue mau ngomong kalau gue sebenernya suka sama lo” Alena mebolakan matanya, betapa senangnya ia saat mengetahui orang yang ia sukai juga mempunyai perasaan yang sama padanya. “gue nggak salah denger Dick”. Dicky menggeleng dan melanjutkan perkataannya. “gue jujur Len. Lo mau nggak jadi pacar gue?”. Alena semakin tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia sangat senang mendengar kata itu, namun di  sisi lain ia juga tak mugkin menghianati sahabatnya. “maaf Dick, gue ngga bisa terima lo” jawab Alena. “kenapa Len? Apa lo nggak suka sama gue?” tanya Dicky. “bukan Dick, tapi gue nggak mau hianatin sahabat gue sendiri, gue udah janji bakal deketin lo sama dia, nggak mungkin gue pacaran sama lo” tutur Alena. “tapi yang gue suka itu elo bukan Nabila sahabat lo” sentak Dicky. “tapi Dick, cinta itu bisa datang kapan aja dan tak terduga datangnya, siapa tau kalau lo deket sama Nabila lo bisa cinta sama dia” jelas Alena. “terus mau lo apa?” tanya Dicky. “gue mau lo deketin Nabila” jawab Alena. “lo gila. Kalau gue deketin Nabila, itu sama aja gue nyiksa dia dan diri gue sendiri” bantah Dicky. “gue mohon Dick, demi gue” Alena mengenggam tangan Dicky dengan erat sembari menunjukkan raut wajah memohon. “nggak gue nggak bakalan nurutin kemauan lo” Dicky pergi meninggalkan Alena.

Alena berlari dan memeluk Dicky dari belakang dan berkata “Dicky, aku cinta sama kamu” di selingi dengan isakan. Dicky membalikan badannya dan menyentuh pundak alena. “kalau kamu cinta sama aku, kenapa kamu suruh aku deketin Nabila” tanya Dicky. “aku udah terlanjur janji Dick sama dia” jawab Alena. “kalau memang itu maumua aku akan lakukan. Tapi jangan salahkan aku kalau aku membuatnya terluka” tutur Dicky. “makasih Dick, aku yakin kamu pasti bahagia sama Nabila” Alena tersenyum paksa. Kini mereka saling berpelukan, tak mereka hiraukan perhatian semua pengunjung restoran yang tertuju pada mereka berdua. “kalau gitu, sekarang aku antar kamu pulang” ucap Dicky. Alena hanya mengangguk dan Dicky menggandeng tangan Alena menuju ke tempat parkiran.

Kini Nabila sedang asyik berbincang-bincang di kelasnya. Tiba-tiba saja Dicky datang menghampiri mereka berdua. “eh, Bil ke kantin bareng yuk” Nabila hanya cengo mendengar perkataan Dicky. “Bil, lo di ajak ke kantin tuh sama Dicky, tunggu apalagi cepetan pergi” sahut Alena. “eh iya ayo” jawab Nabila. Kini senyum mengembang pada bibir Nabila dan juga Dicky. Dicky memang mengajak Nabila. Namun merhatiannya masih tertuju pada Alena yang tengah memandang ia dan juga Nabila dengan senyum kecut. “kamu yang minta ini semua. Jadi jangan salahkan aku kalau kamu terluka” ucap Dicky dalam hati.

“Bil, gue suka sama lo. lo mau kan jadi pacar gue” ucap Dicky tiba-tiba dan sukses membuat Nabila tersedak saat meminum minumannya. “gue nggak salah denger Dick?”. “enggak” jawab Dicky tegas. “cepet banget si Dicky nembak gue, perasaan baru kemarin gue suruh Alena buat deketin gue sama Dicky” batin Nabila. “gimana? Lo mau nggak” tanya Dicky. “iya Dick gue mau” jawab Nabila. “ya udah, gue pergi dulu. Ada urusan mendadak” ucap Dicky.

“Alena” pekik Nabila. “kenapa sih Bil?” tanya Alena. “gue udah jadian sama Dicky” jawab Nabila antusias. “wah, selamat ya Bil, longlast ya” ucap Alena disertai senyum terpaksa. Tiba-tiba handphone Alena bergetar, ada satu pesan masuk. “aku udah jadian sama Nabila. Ini kan mau kamu, jadi jangan sampai kamu nyesel”. kira-kira itulah isi dari pesan yang di terima oleh Alena. “makasih ya kamu udah ngabulin permintaan aku. Aku nggak bakalan nyesel kok” dan itu isi balasan dari Alena.

Kini Nabila dan Dicky sudah resmin pacaran. Namun Dicky masuh belum melupakan Alena dan masih sangat perhatian terhadap Alena. Melebihi perhatiannya pada kekasihnya Nabila. Itu terbukti saat kaki Alena terkilir akhibat  jatuh saat ia sedang olahraga. “Len, kamu ngga pa-pa” tanya Dicky. “aku nggak pa-pa kok Dick” jawab Alena. Tanpa pikir panjang Dicky menggendong Alena dan membawanya ke UKS. Kejadian itu sangat membuat Nabila cemburu. Namun ia merasa tak pantas jika cemburu dengan sahabatnya yang telah berjasa atas bersatunya dia dan Dicky. “mereka berdua memanggil dengan sebutan aku-kamu?” heran Nabila. “udah lah, mereka kan emang deket jadi ngapain cemburu” batin Nabila.

Alena memutuskan untuk melanjutkan study-nya ke luar negeri.  Kini Nabila dan Dicky makin mesra. Dicky kini mulai mencintai Nabila, namun perasaannya terhadap Alena masih tetap ada. Kini Dicky sadar, memang benar apa yang di katakan Alena. “cinta itu bisa datang kapan aja dan tak tau kapan datangnya”. Saat ini Dicky dan Nabila tengah berada di sebuah taman. “Bil, aku mau ngomong sama kamu”. “ngomong aja”. “sebenernya dulu aku nembak kamu itu terpaksa, itu semua permintaan dari Alena. Sehari sebelum aku nembak kamu, aku udah nembak Alena terlebih dulu, tapi dia nolak aku dengan alasan nggak mau hianatin kamu” tutur Dicky. “jadi selama ini kecurigaan aku bener dong kalau kamu suka sama Alena” tanya Nabila. “iya, tapi kami sepakat untuk mengubur perasaan kami dan Alena menguburnya dengan cara dia melanjutkan study-nya ke luar negeri. Tapi berbeda denganku, aku menguburnya dengan cara mencintai kamu” ucap Dicky. “jadi selama ini Alena ngorbanin perasaanya buat aku?” ucap Nabila. “iya” jawab Dicky. “tapi sekarang aku beneran cinta sama kamu, melebihi cintaku pada Alena. Itu semua karena perhatianmu padaku. Jadi aku mohon jangan tinggalin aku” ucap Dicky. “apakah perkataanmu itu jujur?”. “tentu saja” ucap Dicky pasti. “buktikanlah” jawab Nabila. Dicky langsung saja mengecup mesra Nabila dan Nabila pun menikmati kecupan dari Dicky. Setelah beberapa lama mereka mengakhirinya. “itu bukti ketulusanku padamu” ucap Dicky. “aku percaya” Nabila memeluk Dicky dengan erat dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar